
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terang-terangan menyatakan tidak akan berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat di Pemilu 2024.
Keengganan PDIP berkoalisi dengan PKS dan Demokrat diungkapkan langsung oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
"Kalau dengan PKS tidak," kata Hasto ketika ditanya tentang kemungkinan PDIP bergabung dalam rencana koalisi NasDem dan PKS, di sela-sela Rakernas II PDIP Tahun 2021, di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).
Menanggapi hal itu, Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun berpendapat, ada aspek personal elite di antara pimpinan ketiga partai tersebut yang membuat mereka sulit bersatu.
"Jadi sebenarnya, mungkin bukan aspek psikologis, mungkin bukan aspek historis, mungkin bukan aspek sosiologis, tapi aspek personal elite politiknya saja," kata Refly di kanal YouTube pribadinya, Jumat (24/6/2022).
Refly melanjutkan, PDIP dan PKS tidak bisa disatukan karena spektrum politik kedua partai ini saling bertentangan.
"Menang dari sisi spektrum politik PKS dan PDIP itu jauh. PKS di spektrum paling kanan, sementara PDIP di spektrum paling kiri, dalam spektrum politik Indonesia," ucapnya.
Sementara itu, hubungan personal antara SBY dengan Megawati yang kurang baik membuat PDIP dan Demokrat rasanya tidak mungkin bersatu.
"Barang kali kita tidak bisa menafikan hubungan personal antara Megawati dan SBY yang sampai sekarang belum pulih. Yang membuat SBY bingung," ucapnya.
Padahal, lanjut Refly, SBY punya hubungan baik dengan Jokowi sampai saat ini. Namun lantaran hubungannya dengan Megawati kurang baik, menghalangi komunikasi antara SBY dan Jokowi.
"Padahal SBY punya hubungan baik secara psikologis dengan Jokowi, tetapi karena ada Megawati tidak bisa masuk gerbong," tuturnya.
Penulis/Editor: Khoirur Rozi
Tag Terkait:
Advertisement