Reaksi Ridwan Kamil Soal Kritikan dari Guru Cirebon Disorot, Loyalis Jokowi: Pemimpin Kok Baperan Amat?

Pegiat media sosial Jhon Sitorus menyoroti kehebohan terkait seorang guru honorer asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Muhammad Sabil Fadilah yang sempat harus kehilangan pekerjaan usai mengkritik unggahan akun Instagram Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, @ridwankamil.
Hal tersebut ditanggapi Jhon Sitorus melalui akun Twitter pribadinya. Dalam cuitannya, Jhon Sitorus menyebut bahwa komentar dari guru honorer itu tak termasuk kritikan.
"Ridwan Kamil sukses mendowngrade dirinya sendiri. Padahal, komentar pak guru tsb bahkan tidak termasuk kategori kritik apalagi kasar dan menghina," ungkap Jhon Sitorus dikutip WE NewsWorthy dari akun Twitter pribadi miliknya, Kamis (16/3).
Loyalis Joko Widodo (Jokowi) ini juga menilai bahwa sang guru hanya melontarkan pertanyaan ke Ridwan Kamil.
"Pak guru hanya bertanya 'Anda dalam posisi apa? Gubernur, kader partai atau sebagai RK?'. RK lalu DM yayasan, pemimpin kok baperan amat?," tutur Jhon Sitorus.
Ridwan Kamil sukses MENDOWNGRADE dirinya sendiri
— Jhon Sitorus (@Miduk17) March 15, 2023
Padahal, komentar pak guru tsb bahkan tidak termasuk kategori KRITIK apalagi KASAR dan MENGHINA
Pak guru hanya bertanya "Anda dalam posisi apa? Gubernur, kader partai atau sbg RK?"
RK lalu DM yayasan, pemimpin kok BAPERAN amat? pic.twitter.com/TBF8zoOfy7
Lebih lanjut, Jhon Sitorus pun mengungkapkan bahwa Ridwan Kamil atau biasa disapa Kang Emil itu mesti belajar terkait kritikan.
Menurutnya, Ridwan Kamil sepertinya harus belajar banyak soal bagaimana memilah kritik, pertanyaan dan hinaan.
"Juga belajar soal bagaimana bereaksi terhadap sebuah pertanyaan warga dengan cara wajar, bukan reaktif hingga mengintimidasi lembaga," paparnya.
Ia juga menekankan jikalau seorang memimpin itu ialah wadah untuk menerima semua kritikan.
"Pemimpin itu wadah utk menerima semua kritik," sambungnya.
Selain itu, ia pun menanggap bahwa sang guru sangat wajar melontarkan pertanyaan tersebut.
"Pertanyaan pak guru sangat wajar karna Ridwan Kamil memakai jas kuning sebagai representasi dari kader Golkar, juga statusnya sebagai Gubernur," tutur Jhon Sitorus.
"Kebetulan hari yang sama RK memang sebagai pemateri di Golkar Institute," tambahnya.
Ia pun menyebutkan bahwa hal itu menjadi blunder bagi Ridwan Kamil.
"Ini blunder besar utk seorang pemimpin, over reaktif terhadap rakyatnya," tegasnya.
Ia pun mengatakan bahwa Ridwan Kamil sebaiknya belajar dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Fahri Hamzah yang bahkan tertawa saat menerima kritikan.
"Sebaiknya @ridwankamil belajar kepada pak Jokowi dan Fahri Hamzah soal menertawakan kritik bahkan hinaan. Andai Jokowi dan @Fahrihamzah over reaktif, bayangkan ada ribuan orang sudah dipecat dari institusinya," ujarnya.
"Kalo masih baperan, ya jangan jadi pemimpin dulu... Apalagi kader partai," tandas Jhon Sitorus.
Dilansir dari Kompas, adapun sang guru honorer itu berkomentar dalam unggahan terbaru Ridwan Kamil yang memberi apresiasi siswa di Tasikmalaya karena patungan membeli sepatu kepada teman sekelasnya, Selasa (14/3/2023).
Dia mempertanyakan kapasitas Kang Emil, saat menyapa para siswa di Tasikmalaya lewat daring. "Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???? ("Dalam zoom ini, kamu lagi jadi gubernur atau kader partai atau pribadi)" tulis Sabil.
Dalam komennya, Sabil menggunakan kata "maneh" yang merupakan bahasa sunda dengan arti "kamu" yang digunakan untuk menyapa sebaya. Sabil mengaku menggunakan kata tersebut karena sosok Kang Emil yang terbuka. Kang Emil dikenal sebagai orang yang akrab dengan followers, juga dengan banyak warga lainnya.
"Saya akui menggunakan kata maneh karena Kang Ridwan Kamil itu someah (ramah), akrab dengan followers-nya, banyak warga, bahkan dua kali saya sempat dan pernah ketemu saat sebagai Wali Kota Bandung saat itu. Dia sangat akrab, enak secara personal," ungkap dia.
Sehingga menurutnya, kata maneh yang dia gunakan tidak memiliki tujuan merendahkan apalagi tidak sopan terhadap Kang Emil.
Terkait hal itu, Kang Emil pun angkat bicara terkait pemecatan Sabil dan alasan menyematkan komentar guru honorer tersebut di Instagram. Kang Emil mengaku tidak tahu menahu terkait pemecapan Sabil. Kang Emil juga mengatakan tidak melakukan apa pun terhadap Sabil.
"Saya tidak melakukan apa-apa ya. Mungkin ada yang melaporkan atau gimana. Pada dasarnya kritik mah boleh-boleh aja. Saya kan selalu menjawab, kalau mengkritik boleh, kalau tidak sopan ya harus sopan, gitu aja. Bahwa sekolahnya melakukan sebuah tindakan, kan di luar kewenangan saya," tutur Kang Emil.
Terkait kata "maneh" yang digunakan Sabil dalam menyampaikan aspirasi pertanyaan ke postingannya, Sabil, Emil jelaskan soal Undak Usuk Bahasa Sunda. Emil menganalogikan seorang anak kepada orangtua yang menggunakan kata "maneh". "Kalau orang berbahasa Sunda, itu ada namanya Undak Usuk. Anda bayangkan, Anda bicara begitu (maneh) ke ibu kandung, sopan enggak?," ungkapnya.
Lebih lanjur, Kang Emil juga telah menghubungi dua sekolah tempat Sabil mengajar dan meminta agar Sabil tidak dipecat. Orang nomor satu di Jabar ini meminta agar pihak sekolah mengingatkan Sabil, bukan memberhentikannya sebagai tenaga pengajar.
"Saya sudah menelepon ke yayasan yang menaunginya tidak usah sampai diberhentikan kecuali ada hal yang sangat fundamental. Hal begini cukup diingatkan saja. Maka tadi saya telepon kepala Yayasan yang menaungi bersangkutan juga Manbaul Ulum di SMK Telkom surat pemberhentiannya ditarik saja cukup diingatkan saja secara manusiawi," tandasnya.
Baca Juga: Kenapa Kita Harus Belajar Data Analytics?
Penulis/Editor: Irania Zulia
Tag Terkait:
Advertisement