Tidak Mau Bergabung dengan Koalisi Perubahan, Benarkah Problem PDIP Ada pada Anies Baswedan?

Pengamat politik Refly Harun mempertanyakan permasalahan sesungguhnya PDIP, lantaran menegaskan tidak akan bergabung dengan Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan.
PDIP sepetinya tidak akan mendukung Anies Baswedan karena telah diusung lebih dahulu oleh koalisi perubahan yang berisi Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca Juga: Nggak Bakal Dukung Anies Baswedan, Refly Harun Tunjukkan Perpolitikan PDIP
Sedangkan perpolitikan PDIP terlihat tidak akan pernah berkoalisi dengan Demokrat selama Susilo Bambang Yudhoyono masih berada di dalamnya, kemudian dengan PKS yang berbeda ideologi.
"Saya tidak tahu seandainya misalnya tidak diusung oleh PKS dan Demokrat, apakah PDIP mau gabung misalnya, misalnya calon dari KIB itu Anies Baswedan tiba-tiba," ucap Refly dikutip NewsWorthy dari YouTube Refly Harun, Minggu (19/2).
Jika Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mengusung Anies, dan PDIP bergabung dengan menentukan cawapresnya, maka problem sesungguhnya adalah Demokrat dan PKS, tapi jika tidak maka Anies menjadi permasalahan utama.
"Jadi Anies Baswedan dicalonkan sebagai calon presiden apakah PDIP mau gabung menjadi wakil presidennya, kalau mau berarti problemnya memang di PKS dan di Demokrat, dan terutama di sosok SBY," ucapnya.
"Tapi kalau nggak juga ya berarti problemnya tambah lagi di Anies Baswedan, jadi Anies is the common enemy for kekuatan rezim, dan itu entahlah sepertinya sudah sunatullah jadinya," imbuhnya.
Sebelumnya, PDIP memastikan tidak akan berjalan sendirian dalam menghadapi Pilpres 2024. Mereka akan terbuka berkoalisi, bahkan dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) atau Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
Masinton menyampaikan, alasan PDIP enggan bergabung di Koalisi Perubahan yang telah mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024. Salah satunya karena PDIP bersama partai-partai di koalisi pendukung pemerintahan Jokowi sudah melakukan perubahan, bahkan sejak periode pertama hingga periode kedua Jokowi.
Baca Juga: Kenapa Anak Muda Sekarang Lebih Sulit Mencapai Target Finansial daripada Baby Boomer?
Penulis/Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement