Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menyoroti mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo yang terlihat membawa buku berwarna hitam selama persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Sugeng menduga buku hitam itu berisi catatan soal gratifikasi usaha tambang.
"Di buku itu saya menduga ada tulisan gratifikasi. Penerimaan uang koordinasi. Jadi ada dugaan saya, dalam buku catatan tersebut, ada penerimaan uang koordinasi terkait pengusaha tambang," ujar Sugeng seperti dikutip dari Channel YouTube salah satu TV Swasta.
Menurut Sugeng, penerimaan uang koordinasi gratifikasi tambang itu akan menyeret anggota polri lainnya.
"Gratifikasi terkait penerimaan uang koordinasi, setidak-tidaknya ada dua wilayah. Yakni yang di Kaltim yang menyangkut seorang Briptu IB. Kemudian di Kaltara yang menyangkut Briptu HSB," ujar Sugeng.
"Diteliti lagi di catatannya juga terkait dengan polisi Jenderal bintang 2 dan bintang 1 ya," sambungnya.
Oleh karena itu, dia mengatakan buku hitam milik Ferdy Sambo tersebut bukan buku biasa.
"Memang di dalam kode etik kepolisian ada larangan seorang anggota polisi membuka rahasia jabatannya. Tapi pertanyaannya apakah larangan ini berlaku ketika FS sudah dipecat? Apakah beliau masih terikat dengan kewajibanmenjaga rahasia kode etik?," ujar Sugeng.
"Tapi kalau kode etik polisi saya tidak tahu. Apakah ketika dia sudah dipecat kewajiban itu masih melekat atau tidak," pungkasnya.
Diketahui, Ferdy Sambo tiba di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk menjalani sidang perdana kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua sejak pukul 09.11 WIB. Dia hadir membawa buku catatan hitam dengan pengawalan ketat anggota Brimob.
Baca Juga: Kenapa Pria Sulit Memahami Emosi Wanita?
Penulis/Editor: Devi Nurlita
Tag Terkait:
Advertisement
